SERUAN BAHASA DE BRITTO

Cinta itu kecil dan berwarna, efeknya dahsyat dan menggemparkan setiap lembar alam semesta yang telah kujalani dalam hidupku. Tersumbat dalam lubang hitam penuh rasa dan asa. Hatiku memang terpuruk, namun kisah belum terminum oleh rindu.
Bisa hitam, bisa putih. Itukah cinta?
Bukan, dalam hidup layaknya suatu karya sastrawan sejagad pun, pasti ada abu-abunya. Hidup ini kisah, kisah itu cinta, cinta adalah aku. Aku terpuruk, begitu pula dia.
Percuma sudah kuambil kunci, kunci dari kehidupan yang terang, terang karena dosa. Musik menerawang lukaku yang sudah terbaret oleh rindu. Banyak rasanya, kerenyahan dari alunan orang-orang yang tertawa akan kepanikanku walau kaki dan tangan jiwa sudah tak mau menurut lagi.
Tangan kananku sudah meronta-ronta, sedangkan tangan kiri mulai membeku, membakar dan menghujat karena tegangnya rasa cinta yang kendor karena amarah. Tiap jari kukerahkan kekuatan jiwa penuh penderitaan dalam uap-uap kehidupan yang menimbulkan hujan jarum penusuk hati dalam palung terdalam.
Aku menyebutnya cinta, tapi aku menyebutnya siksa…
Bintang Suhadiyono, Minggu 23 Agustus 2009, 00.35 WIB… dengan bahagia, ia menulis…

Read More …

Selembar kertas terbentang luas didalam kesepian yang mengusik tiap lirik lagu yang kudengarkan dengan meneteskan darah dan air mata keemasan, tanda memuncaknya suatu emosi kediaman hati dan keabadian zaman dimulainya suatu kehidupan baru yang selalu kusebut dengan “seni”.
Kali ini mungkin ada yang tiada percaya akan angan dan rasa yang kualami dengan penjejakan hati dibawah kesadaranku seorang, seolah-olah pertanda diamnya bintang dan langit diantara sigma dan omega, diantara awal dan akhir yang tak berujung. Menurutku, apalah yang kita diamkan selama ini bila kediaman itu sendiri mendiami kita seorang diri.
Lingkaran, apakah itu? Bagaimana bentuknya? Apa warnanya?
Hahaha, itulah yang kusebut “seni hidup”. Pemuncakan dan perenungan dari suatu lingkaran kehidupan kita yang terdalam sehingga membuat suasana nafas dan hati yang memungkinkan kita untuk selalu bernafas dan mengedipkan mata untuk orang-orang yang kita cintai. Membentuk sebuah lingkaran sempurna yang tak berujung takdir dan hasrat, membentuk suatu spektrum kesederajatan yang melebihi apapun. Bukan diawali oleh nafas tapi dengan cahaya kehangatan dari dalam diri kita yang tiada berakhir sempurna.
Jadi, apakah itu “hidup”?
Hahaha, tafsirkanlah sendiri…
Karena apapun yang kau katakan adalah rantai dan belenggu…
Bintang Suhadiyono, Sabtu 15 Agustus 2009, 20.16 WIB… dengan kebingungan, ia menulis…

Read More …

Tan Michael Chandra

Hari kemarin berkata kepadaku:
"Jangan sia-siakan aku, karena akulah kamu ada.
Tanpa aku, kamu tak akan dikenal dunia"
Belum sempat ku berkata, hari esok datang dan bersabda
"Aku memang ada setelah hari ini.
Tapi tanpaku, kamu hanyalah manusia hampa
yang tak punya arti hidup, hanya bisa mengutuk kehadiran waktu"

Persetan semua!
Aku mau tidur.

17.33 pm 10 Juli 2009 Jumat

(TAN)



Read More …

Seperti yang banyak orang katakan, hidup ini seperti roda yang berputar. Kadang di atas kadang di bawah kadang untung kadang rugi. Banyak orang yang menyia-nyiakan hidupnya hanya untuk kesenangan bukan untuk melayani. Bukankah tujuan kita hidup di dunia ini adalah untuk saling melayani, mengasihi, menghormati? Tapi kenapa banyak yang masih saja melakukan kekerasan, kecurangan yang semua itu pada akhirnya adalah kesengsaraan. Aku menjadi merasa kasihan kepada dunia yang telah diciptakan untuk kita nikmati dan kita kembangkan ini. Apabila kita bayangkan bila kita yang menciptakan dunia ini. Misalnya kita ingin menciptakan dunia yang dimana seisi dunia tersebut harus rukun, hidup berdampingan, saling malayani, saling menghormati, saat waktu awal-awal memang rasanya sudah seperti yang kita inginkan. Namun pada akhirnya ada orang atau suatu makhluk di dunia yang kita buat tersebut yang merasa tidak puas dengan yang ciptakan atau kita tentukan sehingga pada akhirnya orang atau suatu makhluk tersebut melakukan yang melanggar dengan yang telah kita tentukan. Apakah kita akan mengasihani orang atau makhluk tersebut? Apakah kita akan menghukum orang atau makhluk tersebut? Hal ini sama seperti yang terjadi di dunia ini
Kita sering kali melakukan yang tidak sepantasnya kita lakukan atau kita melakukan yang telah kelewat batas karena kita tidak pernah merasa puas. Memang rasa dihati kita ini menjadi enak ketika kita sudah merasakan sampai puas yang kita inginkan. Tetapi ada peribahasa yang mengatakan berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Dari peribahasa tersebut tanpa kita sadari kita telah membaliknya menjadi berenang-renang ke hulu berakit-rakit ke tepian bersenang-senang dahulu bersakit-sakit kemudian. Dari rasa ketidakpuasan kita tadi ternyata telah membalik peribahasa yang sudah mutlak dan tidak bisa diubah lagi. Kita berfoya-foya di dunia ini, kita menghabiskan waktu kita di dunia ini hanya untuk bersenang-senang, bahkan ada yang sampai mengatakan bahwa “urip ki mung mampir ngombe” (bhs jawa: hidup ini hanya mampir minum), dari pernyataan terakhir tadi sampai diartikan secara mentah yaitu minum di situ diartikan sebagai mabuk sehingga kita ini hanya mampir mabuk jadi kita di dunia ini boleh mabuk sampai puas. Berawal dari kesalahan kecil, kita dapat memutar balikkan fakta yang bisa berakibat fatal bagi kehidupan kita. Kita tidak boleh mengartikan segala sesuatu secara mentah. Seperti saat kita ingin makan, kita tidak bisa makan secara mentah kita harus mengupasnya sehingga kita dapat mengambil bagian yang penting. Maka dari itu kita harus berhati-hati dengan segala sesuatu, memang segala sesuatu itu ada resikonya, tetapi kita bisa memperkecil resiko yang mungkin bisa terjadi dengan mengupas masalah yang akan kita hadapi dan kita mengambil keputusan yang tidak merugikan siapa-siapa
Bila kita mengingat yang mencipakan kita, bagai mana rasa hatinya dengan semua perbuatkan kita bila kia hanya mengartikan hidup secara mentah. Sama seperti kita menciptaka dunia dengan isi yang harus sejlan dengan kita namun ada yang membelot, bagaimana perasaan kita? Kita akan merasa sedih dan kecewa karena yang kita ciptakan tadi tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Kita harus bersyukur, kita harus menggunakan hidup ini untuk pelayanan sehingga jalan hidup kita ini sejalan dengan yang menciptakan kita. Kita sudah bisa membayangkan bagainama sakitnya bila kita menginginkan sesuatu yang pada akhirnya tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Akan sama dengan ketika kita berpacaran, kita mencintai seseorang dan kita berhasil mendapatkannya, namun pada akhirnya orang yang sangat kita cintai tersebut berkhianat terhadap kita, orang tersebut ingkar janji terhadap kita. Sama teman-teman, sama dengan yang menciptakan kita. Dia mencintai kita dengan setulus hati-Nya namun kita malah semakin menjauh dengan-Nya lewat jalan kenikmatan, keserakahan, dan lainnya
Read More …


Judul buku : Sekolah Bukan Pasar

Penulisl : St. Kartono

Penerbit : Kompas

Cetakan : Pertama, Juni 2009

Tebal : x + 221 halaman









Sebagaiamana kita tahu, pendidikan merupakan komoditas negeri yang yang sangat penting bagi kemajuan bangsa. Bila membicarakan pendidikan, maka akan akan muncul di benak kita bayangan suatu sekolah yang asri, guru tanpa tanda jasa, dan kepala sekolah yang berwibawa meminpin sekolahnya menuju rangking yang tinggi.

Namun, tak semua pendidikan di Indonesia ini, mempunyai sisi yang terang. Di buku Sekolah Bukan Pasar ini, penulis mengungkapkan berbagai masalah yang dialami pendidikan didewasa ini secara lugas. Mulai dari ulah petinggi sekolah yang membuat orang tua murid makin pusing memikirkan biaya pendidikan yang makin hari makin naik tajam karena pungutan yang semakin bervariasi, lalu bagaimana seorang guru harus berpikir kreatif demi kemajuan pendidikan, sampai pola pengajaran yang baik yang dialami oleh penulis. Dalam buku ini terdapat berbagai kumpulan artikel yang pernah ditulis penulis dan dimuat di berbagi media cetak. Buku yang terdiri dari 221 halaman ini terbagi menjadi 3 bab. Empat puluh empat sub bab dalam buku ini digarap apik dalam bahasa yang dapat dicerna berbagai kalangan masyarakat.

Penulisan sub bab yang runtut dan sesuai dengan bab dapat membantu kita mencerna masalah pendidikan satu demi satu sesuai realita yang dilihat oleh penulis. Kualitas tulisan di buku ini juga tak perlu diragukan karena pengalaman penulis selama 18 tahun bergelut dengan pendidikan ini menghasilkan berbagai artikel yang sudah dimuat di media massa daerah sampai nasional.

Buku Sekolah Bukan Pasar ini dapat diperhitungkan sebagai buku yang perlu dimiliki sebagai koleksi buku yang mengulas tentang pendidikan karena isinya dapat mendatangkan inspirasi bagi kalangan yang lekat dengan pendidikan maupun kalangan awam . Isi buku ini juga merupakan kritik sosial yang dapat menjadi bahan refleksi diri bagi berbagai institusi yang bergerak di sektor pendidikan serta perangkat-perangkatnya.(NVE)

Read More …