SERUAN BAHASA DE BRITTO

Selembar kertas terbentang luas didalam kesepian yang mengusik tiap lirik lagu yang kudengarkan dengan meneteskan darah dan air mata keemasan, tanda memuncaknya suatu emosi kediaman hati dan keabadian zaman dimulainya suatu kehidupan baru yang selalu kusebut dengan “seni”.
Kali ini mungkin ada yang tiada percaya akan angan dan rasa yang kualami dengan penjejakan hati dibawah kesadaranku seorang, seolah-olah pertanda diamnya bintang dan langit diantara sigma dan omega, diantara awal dan akhir yang tak berujung. Menurutku, apalah yang kita diamkan selama ini bila kediaman itu sendiri mendiami kita seorang diri.
Lingkaran, apakah itu? Bagaimana bentuknya? Apa warnanya?
Hahaha, itulah yang kusebut “seni hidup”. Pemuncakan dan perenungan dari suatu lingkaran kehidupan kita yang terdalam sehingga membuat suasana nafas dan hati yang memungkinkan kita untuk selalu bernafas dan mengedipkan mata untuk orang-orang yang kita cintai. Membentuk sebuah lingkaran sempurna yang tak berujung takdir dan hasrat, membentuk suatu spektrum kesederajatan yang melebihi apapun. Bukan diawali oleh nafas tapi dengan cahaya kehangatan dari dalam diri kita yang tiada berakhir sempurna.
Jadi, apakah itu “hidup”?
Hahaha, tafsirkanlah sendiri…
Karena apapun yang kau katakan adalah rantai dan belenggu…
Bintang Suhadiyono, Sabtu 15 Agustus 2009, 20.16 WIB… dengan kebingungan, ia menulis…

Categories:

Leave a Reply