SERUAN BAHASA DE BRITTO



“Saya ingin siswa de Britto memiliki kepribadian dan ciri khas tersendiri”

Berwibawa dan selalu to the point dalam bicara. Begitulah karakteristik Romo Dwiko Nanda Pratisto atau biasa dipanggil Romo Dwiko, yang baru saja memulai karyanya sebagai Pamong di SMA Kolese de Britto.


Tahun ajaran baru, Pamong baru (Pamong = istilah di SMA Kolese de Britto untuk Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan-red). Begitulah hal yang sedang terjadi di SMA Kolese de Britto, Yogyakarta. JB (nama populer SMA Kolese de Britto-red), baru saja mengadakan pesta perpisahan untuk Pamong mereka yang sudah berkarya selama lebih dari 2 tahun yaitu Romo Guido Chrisna Hidayat,SJ atau biasa dipanggil Romo Guido, sekaligus pesta penyambutan untuk Pamong baru mereka yaitu Romo Dwiko Nanda Pratisto atau biasa dipanggil Romo Dwiko. Tentunya, kita semua sudah cukup mengenal Romo Guido, namun sudahkah kita mengenal Romo Dwiko? Mari kita mengenal lebih dalam tentang Pamong baru JB ini.

Romo Dwiko lahir di Jakarta, 24 Maret 1965. Namun beliau men
empuh pendidikan SD-SMA nya di Bandung. Setelah itu, beliau melanjutkan ke Fakultas Psikologi UI, dan pada tahun 2000 masuk Serikat Jesus (SJ). Tahun 2002 beliau sempat mendalami filsafat di Driarkara, Jakarta, selain itu beliau juga belajar teologi. Sebelum ditempatkan di de Britto, Romo Dwiko mendalami masa diakonat di Paroki Santo Servatius di Kampung Sawah, Bekasi. Beliau juga pernah mendampingi Mahasiswa Unit Selatan di wisma SJ, Depok, dan orientasi kerasulan di ATMI, Solo. Kini, beliau menjadi Pamong di SMA Kolese de Britto.

Saat ditunjuk menjadi Pamong di JB, Romo Dwiko sebenarnya cukup grogi. Hal ini disebabkan beliau belum pernah mengajar anak SMA. Namun beliau tetap menerima tugas itu dan beliau berpikir bahwa beliau harus banyak-banyak mempersiapkan diri. Setelah ditempatkan di JB, Romo Dwiko masih menemui kendala. Kendala itu berasal dari diri sendiri. “Saya sebenarnya merasa malas mempersiapkan diri untuk mengajar tidak terbiasa dengan kegiatan yang rutin.” Jelas beliau. Namun hal ini bukan halangan yang mengejutkan. Hampir semua orang mengalami ini bila memulai sesuatu yang baru.

Walaupun terkesan vokal dalam berbicara dan mengakibatkan dicap keras, Romo Dwiko tidak semata-mata mengadili siswa karena kesalahannya. Beliau akan menanyai apa alasannya, baru mengambil keputusan. Inilah ciri pendidikan Kolese: cura personalis, dan Romo Dwiko melakukan hal itu, sama seperti Romo-romo SJ lainnya. Ada contoh kasus unik yang dapat membuktikannya. Kasusnya, ada anak kelas X yang HP nya disita karena ia melihat HP saat pelajaran dan ia harus mengambil HP nya di Romo Dwiko. Saat mengatakan maksudnya ingin mengambil hp, Romo Dwiko berkata,”Kamu pilih kamu keluar dari sekolah ini atau saya sita HP mu untuk sementara?” Anak kelas X itu terkejut, kemudian menawar dengan meminta SIM-Card nya saja. Tetapi Romo Dwiko tidak mengabulkannya dan bertanya apa alasan dia melihat HP saat pelajaran. Setelah mendengarkan alasan yang masuk akal dari siswa itu, wajah Romo Dwiko melunak dan meminta siswa itu menulis refleksi untuk ditukarkan dengan HP-nya. Benar-benar penyelesaian yang tepat dan melegakan.

Soal program ke depan, Romo Dwiko ingin Siswa, Guru, dan Karyawan punya kesamaan visi dan misi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini karena beliau masih melihat ada jarak antara Guru dan Siswa dengan Karyawan. Contoh konkretnya, saat misa yang cenderung hanya diikuti oleh guru dan siswa. “Padahal misa itu kan untuk semua orang, kenapa karyawan jarang kelihatan?” tegas Romo Dwiko. Romo Dwiko juga ingin mendidik siswa agar tidak menjadi “bebek.” Atau cenderung hanya ikut-ikutan. “Saya ingin siswa de Britto memiliki kepribadian dan ciri khas tersendiri. Hal yang akan membedakan mereka dari siswa sekolah lain, dan pada akhirnya akan menjadi lulusan yang punya visi dan misi, hati, dan keberanian. Baik keberanian untuk mengubah, atau berubah.” Terang Romo Dwiko. (TAN)

Data diri:
Nama: Lukas Bagus Taufik Dwiko Nanda Pratisto, SJ
Nama Panggilan: Romo Dwiko
Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 24 Maret 1965
Pendidikan:
 TK Von Der Mann, Malang
 SD Santa Maria, Cimahi, Bandung
 SMP Santo Michael, Cimahi, Bandung
 SMA Santo Aloysius, Bandung
 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) > 1984-1993
 Masuk Serikat Jesus (SJ) >2000
 Filsafat di Driarkara, Jakarta > 2002
 Teologi di Jakarta
Riwayat Pelayanan:
 2002-2005 : mendampingi Mahasiswa Unit Selatan Jakarta di Wisma SJ Depok
 2005-2006 : Orientasi Kerasulan di ATMI, Solo
 2006-2008 : Mendampingi Romo Sandiawan di Sanggar Ciliwung, Jakarta
 2009 : Masa diakonat di Paroki Santo Servatius, Kampung Sawah Bekasi
 September 2009: Menjadi Pamong di SMA Kolese de Britto

Categories:

Leave a Reply