SERUAN BAHASA DE BRITTO

Bintang keemasan mewarnai hari-hariku yang kelabu, meninggalkan jejak berupa kotoran seorang pengadu setan. Tanah ini masih perawan, belum dicumbu tanah cinta, tanah harmoni, dan tanah fana. Imaji rendah menerawangi jalanku yang sudah terlalu terang, membutakan penglihatanku dari belakang, tidak tahu apa yang terlihat, tidak tahu apa yang tersentuh. Semuanya hanya begitu saja, lingkaran berbasis persegi yang tidak terbentuk secara umum dan tidak terlihat secara khusus. Aneh bukan ke
dengarannya? Tentu tidak, karena kau tidak mendengarnya, namun melihatnya.

Jangan melihatnya, karena kau akan buta…
Jangan mendengarnya, karena kau akan tuli…
Jangan membicarakannya, karena kau akan bisu…
Jangan menyakitinya, karena kau akan lumpuh…
Jangan menindasnya, karena kau akan hancur…
Jangan mencobainya, karena kau akan impoten…
Jangan… Yang penting jangan!
Ini bukanlah peringatan semata, tapi juga peringatan semulut, setelinga, dan sehidung. Ini bukanlah main-main, walau penulisnya sedang mbokep. Ini bukanlah tulisan, namun ketikan, bukan begitu?
Terima kasih atas kemauan dan ketidakniatan anda yang membaca tulisan paling jelas ini. Miyabi besertamu, dan selalu besertamu, tergantung selera kalian…
Bintang Suhadiyono, 12 Oktober 2009, 20.00 WIB… dengan Miyabi, ia menulis…

Categories:

Leave a Reply