SERUAN BAHASA DE BRITTO

Sudah 64 tahun Indonesia merdeka dan berkembang. Sebagaimana kita ketahui usia 64 tahun adalah usia yang sudah memasuki masa dimana kita mempunyai banyak pengalaman dan menjadi semakin bijak. Usia yang sudah bisa mengayomi dan memberi nasihat. Usia dimana bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Namun, masih banyak hal yang perlu menjadi keprihatinan bangsa kita tercinta ini.
Biasanya kita hanya bisa melihat keprihatinan yang besar. Seperti korupsi merajalela, teroris yang semakin menjadi, dan budaya buruk lainnya. Namun kita jarang memperhitungkan tentang bahasa. Ya, itulah yang kan saya bahas dalam esay kita ini. Sesatu yang kita gunakan sehari-hari, yang kita banggakan sebagai bangsa Indonesia namun jarang kita ketahui dasarnya.

Kalau kita membacarakan tentang salah atau benarnya haruslah kita mempunyai dasar. Marilah kita menilik buku EYD dan Buku Kata Baku pelajaran bahasa Indonesia kita. Tak perlu jauh-jauh mencari kesalahan orang lain. Dalam hal berbahasa pun kita sering salah. Mulai dari menulis surat, kita pati menulis kpd. sebagai singkatan dari kata kepada. Hal itu kurang tepat bila ditinjau dari kebahasaan Indonesia.
Kita juga sering menemui kata tidak baku bertebaran di pinggir-pinggir jalan kita. Seperti di kawasan pariwisata, kita sering menemukan toko bertuliskan cindramata atau cendramata. Kedua hal itu bukanlah sesuati yang asing dan dianggap lazim. Bila kita lihat dari kebakuan katanya, maka hal tersebut salah. Yang benar adalah cenderemata. Apakah kesalahan berbahasa bahasa nasional di negeri sendiri dianggap lazim?
Pada poin selanjutnya saya akan mebicarakan tentang pembelokan pengertian. Pada sekitar tanggal 17 Agustus kita banyak menemui spanduk-spanduk bertuliskan “Dirgaharu Republik Indonesia ke 64”. Padahal arti dari dirgahayu sendiri adalah panjang umur. Biasanya orang menganggap kata dirgahayu sebagai ungkapan selamat dispanduk tersebut.
Kesimpulan dari tulisan kita ini adalah di umur ke 64 ini kita sebagai bangsa Indonesia harus semakin cinta dengan bahasa kita. Bagaimana kita mau sayang bila tidak mengenalnya? Mari kita junjung bahasa nasional kita di negeri sendiri. Jangan sampai bahasa nasional kita di klaim oleh Negara lain karena kita sendiri melupakannya. Merdeka! Merdeka! Merdeka!



Categories:

Leave a Reply